MATHEUS STEFI PASIMANJEKU ADAKAN SOSIALISASI 4 PILAR DI POLITEKNIK PERTANIAN HALMAHERA, MALUKU UTARA

Bertempat di Aula Politeknik Pertanian Halmahera, anggota MPR-DPD RI: Matheus Stefi Pasimanjeku, SH., dari Propinsi Maluku Utara mengadakan Sosialisasi 4 Pilar di  Halmahera, Maluku Utara. Kegiatan ini merupakan rangkaian tugas sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat RI yang bertujuan untuk memberikan pemahaman dan pengertian tentang nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.
Sosialisasi 4 Pilar MPR yang diadakan pada tanggal 15 Juni 2024 merupakan tugas yang diemban oleh setiap Anggota MPR RI, yang terdiri dari Anggota DPR RI dan Anggota DPD RI di daerah pemilihan masing-masing. Kegiatan ini bertujuan: Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika dan Ketetapan MPR; Membangun semangat nasionalisme dalam diri segenap generasi bangsa; Membangun dan membina persahabatan antar komponen bangsa yang dapat memperkukuh persatuan bangsa; Memahami pentingnya kebhinekaan dalam program budaya dan hidup berbangsa di masyarakat; dan Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya seluruh penyelenggara pemerintah dan masyarakat memahami serta menerapkan nilai- nilai luhur bangsa dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan yang diikuti 150 peserta ini, Matheus Stefi Pasimanjeku, SH , menegaskan kembali makna semboyan Bhinneka Tunggal Ika menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia, yang terdiri dari beraneka ragam suku, budaya, ras, agama, dan bahasa. Meskipun Indonesia beraneka, namun semboyan ini mempunyai makna yang tercermin pada masyarakat Indonesia yang diikat dalam prinsip persatuan dan kesatuan bangsa yang dikenal dengan ‘Bhinneka Tunggal Ika’. Kekuatan dan kerukunan beragama, berbangsa, dan bernegara yang harus disadari.Sesuai dengan arti dari Bhinneka Tungga Ika, Agama, ras, suku bangsa, bahasa, adat, dan budaya yang ada di Indonesia harus mempunyai sikap toleran dan saling mencintai. Itulah sejarah dan makna mengenai Bhinneka Tunggal Ika yang merupakan semboyan Bangsa Indonesia. Sudah seharusnya rakyat Indonesia memiliki sikap toleran, agar terciptanya masyarakat yang tenteram dan damai.
Pelaksanaan Sosialiasi Empat Pilar MPR berlangsung lancar dan penuh antusias dari para peserta.  Rafly A menanyakan  masalah  politik   identitas.  Hal ini dijawab oleh narasumber, bahwa: ”   Sampai   saat   ini   hanya  Pancasila   yang   mampu menjadi landasan dan falsafah hidup bangsa Indonesia yang majemuk baik   dari   segi   agama,   etnis,   ras,  bahasa, golongan   dan   kepentingan. Pancasila   mempunyai   peran  yang   sangat   penting   dalam   kehidupan bangsa Indonesia yang sangat majemuk. Oleh karena itu, upaya untuk terus mempertebal  keyakinan   terhadap   pentingnya   Pancasila  bagi kehidupan  bangsa  Indonesia   harus   menjadi   keyakinan   dari setiap manusia Indonesia. Nasionalisme   menurut   para ahli diartikan   dalam  beragam   pengertian, berwujud dalam  berbagai  bentuk. Bagi  saya  nasionalisme  adalah  rasa cinta kepada bangsa, negara serta rakyatnya. Dilanjutkan dengan aksi nyata   untuk   mewujudkan  kecintaan   itu.   Karena nasionalisme   tidak berhenti  pada sekedar  rasa.   Sebagai  rakyat  Indonesia  menurut  saya, mewujudkan   nilai-nilai Pancasila   dalam   kehidupan   sehari-hari   adalah tolak   ukur dan   awal   yang   pantas   sebagai   upaya   mewujudkan nasionalisme berbangsa dan bernegara, antara lain :a) Mengusahakan kehidupan beragama yang harmonis dan toleran
b) Memperjuangkan  hak-hak  azasi  manusia sehingga  semua  manusia Indonesia menikmati kehidupan yang adil dan layak
c) Mengusahakan persatuan meski berbeda-beda.
d) Mengupayakan   iklim   demokrasi   yang   sehat.   Lembaga  perwakilan rakyat   yang   memihak   kepentingan   rakyat.  e) Mengupayakan musyawarah dalam kehidupan di masyarakat
f) Mengupayakan kesejahteraan yang merata. Semangat berbagi antara yang kaya kepada yang kurang beruntung.
Selanjutnya, Gilbert Amor meminta tanggapan narasumber tentang produk Pancasila. Matheus Stefi Pasimanjeku, mengatakan:  Kita semua  tentunya,  Pancasila  adalah rumusan dari para  Founding Fathers  yang sudah Final. Tapi diskusi agar masyarakat bisa lebih memahami tentang nilai-nilai Pancasila, harus terus dilakukan, agar anak-anak milenial juga bisa mengerti esensi yang tertuang dalam lima sila tersebut.Adapun Fungsi Pancasila antara lain adalah Pancasila sebagai :1. Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2. Pandangan Hidup Bangsa Indonesia. 3. Kepribadian Bangsa Indonesia 4. Jiwa Bangsa Indonesia. 5. Sumber dari Segala Sumber Hukum. 6. Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia. 7. Falsafah Hidup yang Mempersatukan Bangsa. 8. Cita-Cita dan Tujuan Bangsa Indonesia. 9. Ideologi Bangsa Indonesia. Pandangan yang menyatakan bahwa Pancasila sudah tidak relevan lagi  tentu   menyesatkan, sama   esensinya   yang   masih mempercayai PKI di   Indonesia.  Entah  apa   yang  salah  pada  sebagian masyarakat   kita,   khususnya   kelompok   intoleran   dan  radikal.   Dan kelompok yang mendapatkan stigma negatif tersebut, akhirnya dimusuhi, dipersekusi, bahkan ada juga yang diintimidasi. Nah, hal-hal semacam ini akhirnya justru bertentangan dengan apa yang mereka suarakan tentang Pancasila. Bibit radikalisme jelas bertentangan dengan nilai-nilai kearifan lokal bangsa Indonesia. Mari kita lihat Pancasila. Lima sila yang tertuang dalam   Pancasila  tersebut   sebenarnya mengandung   nilai-nilai   kearifan lokal dan nilai-nilai keagamaan. Dalam nilai-nilai Pancasila, tidak hanya ada kewajiban untuk memeluk agama sesuai keyakinannya, tapi juga ada anjuran   untuk   selalu   memanusiakan   manusia.   Bahwa setiap  manusia mempunyai hak , kewajiban dan kedudukan yang sama. Karena itulah, manusia   tidak   boleh   saling merendahkan.   Setiap  manusia   Indonesia harus menjunjung tinggi nilai toleransi dan kerukunan antar umat. Setiap masyarakat   Indonesia,   juga  dianjurkan   untuk mengedepankan persatuan dan kesatuan.
Pada sesi selanjutnya, Soba Fredik mengajukan pertanyaan tentang Fenomena hoax yang  sangat   memperihatinkan.
Menurut Matheus Stefi Pasimanjeku, SH., permasalahan utama saat ini adalah penggunaan isu sara (suku,   agama,   ras,   dan antargolongan)  tanpa   disadari   telah   menjadi ladang   alasan bermotif   ekonomi  bagi   kelompok-kelompok   tertentu. Dengan   kepentingan   jangka  pendek   persatuan   dan kesatuan   nasional dipertaruhkan,   terlebih  sikap   masyarakat yang   mudah   menerima informasi,   dan  menyebarkannya, menambah   pekerjaan   rumah   kita bersama  dalam   upaya mempertahankan   persatuan   dan   kesatuan   di Indonesia.Politik identitas bukan hal baru di Indonesia, setelah lama tidak terdengar lagi, politik identitas mulai ramai dibicarakan, karena penggunaan isu sara (suku, agama, ras, dan antargolongan) menjadi salah satu strategi jitu dalam memenangkan  konstelasi  pemilihan  umum,  baik kepala  negara, maupun kepala daerah, dengan penggunaan politik identitas, membuat disintegrasi  dalam  masyarakat,  rasionalitas  dalam  menentukan   pilihan dalam pemilu menjadi hilang.
Diharapkan agar kegiatan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI khususnya di Daerah Pemilihan Provinsi Maluku Utara dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat khususnya mahasiswa (generasi muda) terhadap nilai-nilai kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yaitu Pancasila, Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.