Pemerintah masih belum optimal dalam rangka mengelola turbulensi ekonomi global, sehingga di tahun 2019 beberapa aspek masih gagal mencapai target. Pertumbuhan ekonomi misalnya, belum mampu beranjak dari 5%-an. Padahal, perlu level yang lebih tinggi agar persoalan sosial seperti kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan pendapatan dapat ditekan lebih maksimal. Jika tidak beranjak dari 5%, Indonesia berpotensi masuk pada kelompok negara-negara middle income trap.
Junaidi Auly Anggota DPR RI Fraksi PKS menjelaskan bahwa “Turbulensi ekonomi global telah memukul berbagai sektor di Indonesia, mulai dari ekspor, investasi, hingga bermuara pada perlambatan pertumbuhan ekonomi”.
“Dikhawatirkan kondisi ini masih berlanjut hingga tahun depan. Berbagai lembaga dunia juga melihat belum kondusifnya ekonomi global. Apalagi perkembangan politik di Amerika Serikat tentunya dapat mempengaruhi pasar dan urgensi untuk diantisipasi”, jelas Junaidi.
Junadi menambahkan “Terlepas dari gejolak yang ada, pemerintah sudah seharusnya memiliki langkah-langkah strategis untuk mendorong ekonomi bisa tumbuh lebih kencang. Kalau kita lihat, peranan perdagangan internasional pada pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 18-20%, sisanya peranan ekonomi domestik. Jadi, ruang untuk bergerak lebih cepat sebetulnya tersedia”, tandasnya.
Pada bagian lain, Junaidi menyoroti ekonomi terus bergantung pada konsumsi rumah tangga, sehingga nilai tambahnya tidak signifikan bagi ekonomi nasional. “Pemerintah perlu menggenjot investasi langsung agar kualitas pertumbuhan membaik. Kita akan sulit tumbuh, jika hanya mengandalkan konsumsi rumah tangga”, tutup Junaidi.