Maassar, kabarsenayan.com. — Masyarakat Jawa dan keturunannya di Sulawesi Selatan terbukti telah eksis sejak sangat lama. Meski tidak ada rujukan yang jelas tentang kedatangan orang Jawa di Sulawesi Selatan, tetapi kehadiran Pangeran Diponegoro beserta pasukannya, setelah dibuang oleh Belanda ke Manado kemudian dipindah ke Makassar dan wafat di Makassar tahun 1830, dapat menjadi masa awal kedatangan orang Jawa.
Politik Kolonialisasi Belanda dilanjutkan dengan memindahkan Suku Jawa, antara lain ke Wono Mulyo telah menjadi awal pemukiman Jawa. Kemudian di jaman kemerdekaan pemerintah telah melakukan program transmigrasi besar-besaran di daerah Sulawesi Selatan antara lain di Palopo, kemudian mereka membentuk kesatuan dan paguyuban masing-masing.
Pada tahun 2013 telah terbentuk Forum Komunikasi Paguyuban Masyarakat Jawa (FKPMJ) yang menghimpun sekitar 40 Paguyuban yang ada di Sulawesi Selatan bersatu membentuk forum komunikasi. Masing-masing paguyuban terbentuk karena profesi, asal daerah dan minat.
Ketua Umum FKPMJ Prof. Dr. Ir. S. Trisutomo, MS, Guru Besar Bidang Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Unhas, terpilih sejak Mei 2024 telah dilantik oleh Dewan Pembina Dr. dr. H. Eddy Moeljono, Sp.OG., dan mengemban masa bakti 2024 – 2028.
Forum Komunitas Paguyuban Masyarakat Jawa adalah ormas non profit, ingin inklusif tidak eksklusif, ingin menjalin dan membantu memfasilitasi kegiatan anggota paguyuban secara kelompok maupun perorangan dalam mengembankan kehidupannya.
Dalam Rapat Kerja yang Ketua Panitianya Pak Bedjo, telah dilaksanakan Minggu 4 Agustus 2024 di Hotel Ramayana – Makassar dengan tema “Paguyuban Jawa Saiyeg Saeko Proyo Ambangun Bongso” (Paguyuban Jawa Bersatu Dengan Sesama Membangun Bangsa) telah berhasil dirumuskan berbagai program kerja dan kegiatan baik internal maupun eksternal.
(FKPMJ Sulsel)